Friday 23 April 2010

Angka 9 Sering Muncul pada Harga Produk



sama halnya dengan pengusaha bisnis offline, banyak pemilik toko online yang menetapkan harga produk tanpa pembulatan, misalnya dengan mencantumkan angka 9 di dua atau tiga digit terakhir nominal harga. Penetapan harga dengan teknik semacam ini bukanlah tanpa alasan. Cabang ilmu psikologi menyebutkan, banyaknya jumlah angka 9 yang tertera pada harga produk berbanding lurus dengan penjualan produk tersebut.
Strategi menetapkan harga tanpa pembulatan dikenal dengan sebutan Odd Pricing. Nominal harga yang tergolong ganjil ini ditetapkan oleh penjual sedikit di bawah harga penjualan sesungguhnya. Secara psikologis, pembeli akan berasumsi bahwa produk yang akan ia beli harganya lebih murah.
Ketika pembeli melihat nominal Rp 19.999, ia akan berpikir bahwa produk tersebut masih berharga belasan ribu rupiah. Padahal, harga produk yang sesungguhnya adalah Rp 20.000. Meski hanya terpaut satu sen, pembeli menganggap harga Rp 19.999 lebih murah dari Rp 20.000. Aspek psikologi konsumen semacam inilah yang ingin dimunculkan penjual.
Seberapa efektifkah penetapan harga produk yang “tanggung” ini terhadap penjualan? Uniknya, berbagai riset di bidang psikologi pemasaran membuktikan bahwa strategi Odd Pricing turut berperan dalam tingginya penjualan produk. Riset yang dilakukan pada tahun 1997 oleh Marketing Bulletin menunjukkan, 60,7% harga produk yang beredar di pasaran diakhiri oleh angka 9. Bahkan jauh sebelum itu, riset yang dilakukan di Inggris pada tahun 1969 menyebutkan bahwa hampir seluruh harga pasar yang ditetapkan penjual berada pada kisaran harga “tanggung”, yaitu 11,5 pound sterling. Sementara di Amerika, penetapan harga “tanggung” ini masih berlaku hingga sekarang. Hal ini tercermin dari harga bensin yang terpampang di SPBU lokal, yang banyak diakhiri oleh angka 0,009 USD.

No comments:

Post a Comment

Silahkan anda berbagi di sini ....???

Note: only a member of this blog may post a comment.