Friday, 26 April 2013

Netpreneur

tren amfibi.” Istilah tersebut dicetuskan oleh pengamat dan pakar bisnis Yuswohady saat peluncuran perdana situs Netpreneur Indonesia. Predikat “amfibi” ini dilekatkan pada mereka yang menjalani dua profesi sekaligus, yaitu sebagai pegawai kantoran dan wirausahawan. Pada jam-jam kerja, mereka berprofesi sebagai karyawan di perusahaan. Ketika jam kerja kantoran berakhir, mereka mengelola bisnis pribadi. Mengapa tren amfibi ini baru merebak di masyarakat Indonesia sekarang?


Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak tahun 1998 membuat masyarakat Indonesia mencari alternatif lain untuk menjaga kestabilan finansialnya, salah satunya adalah dengan membangun bisnis pribadi berbasis usaha kecil dan menengah. Kemudian, muncullah permasalahan klasik yang dialami oleh setiap calon wirausahawan: modal.

Tidak dapat dipungkiri, minimnya modal adalah faktor utama yang mengharuskan para calon wirausahawan berpikir keras untuk menjalankan bisnisnya. Sebagian dari mereka memilih untuk berbisnis dengan prinsip just do it and go with the flow, sementara tidak sedikit yang memutuskan untuk mundur, bahkan sebelum bisnis itu sendiri dirintis. Ketiadaan modal ini kemudian menuntut banyak calon wirausahan untuk bisa menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan singkat: mungkinkah berbisnis tanpa modal?

Kuncinya terletak pada teknologi digital yang dalam beberapa tahun terakhir berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Kemajuan di era digital memungkinkan semua orang untuk berkegiatan dengan cara yang menghemat waktu, uang, dan tenaga. Perkembangan teknologi internet memudahkan manusia beraktivitas di segala aspek kehidupan, termasuk di dalamnya berbisnis pribadi. Pertanyaan apakah mungkin berbisnis tanpa modal pun terjawab. Solusinya ada pada penggunaan media-media online yang kepemilikannya bersifat gratis. Siapapun bisa mengakses dan menggunakan media online secara cuma-cuma, termasuk untuk berbisnis.

Tren berbisnis tanpa modal dengan menggunakan media online dikenal dengan sebutan bisnis online atau bisnis di dunia maya. Para pebisnis online–kemudian disebut sebagai netpreneur–mulai melirik prospek bisnis tanpa modal yang berbasis teknologi internet ini. Selain tidak membutuhkan modal besar, pangsa pasar netpreneur pun luas. Semua orang dari berbagai penjuru dunia bisa melakukan transaksi jual-beli via internet.
Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Penemuan Michael Adrich pada tahun 1979 ibarat batu loncatan dalam sejarah bisnis online dunia. Ia menciptakan sistem belanja online untuk pertama kalinya. Sejak saat itu, negara-negara di dunia menemukan ritme perkembangan teknologi internetnya sendiri-sendiri. Di Amerika, perkembangan bisnis online pertama kali ditandai oleh kemunculan Book Stacks Unlimited tahun 1992, toko buku online pertama yang digagas oleh Charles Stack. Selang dua tahun kemudian, Jeff Bezos merintis amazon.com. Tiga penemuan besar ini merupakan fase awal perkembangan bisnis berbasis internet di Amerika Serikat.

Di tanah air sendiri, tren berjualan online diawali dengan kehadiran bhinneka.com pada tahun 1999. Sejak saat itu, bisnis online berkembang dengan pesat. Marketplace yang menjadi ruang gerak netpreneur pun tidak hanya sebatas situs berbisnis yang bersifat satu arah dan hannya berfungsi untuk memasarkan produk saja. Banyak netpreneur melebarkan sayap bisnisnya ke situs jual-beli online atau e-commerce, toko online dengan payment system atau transaksi online, serta media-media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Tak dapat disangkal bahwa saat ini adalah masa terbaik bagi setiap orang untuk mulai terjun ke dunia bisnis online; untuk mulai berprofesi sebagai netpreneur. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak kunjung membaik serta pesatnya perkembangan teknologi digital adalah dua alasan besar mengapa netpreneur harus muncul sekarang, tanpa perlu menunggu-nunggu lagi. 

Saat ini, menjadi wirausahawan itu adalah sesuatu yang cool. Wirausahawan dinilai hebat karena di era krisis seperti sekarang, mereka justru berani menciptakan lapangan kerja yang kemudian juga ikut menggerakkan roda perekonomian negara. Pemikiran tidak-ada-modal-untuk-berbisnis pun tidak lagi bisa menjadi alasan bagi siapapun untuk tidak menjadi netpreneur. Penggunaan media sosial adalah jalan keluar yang solutif bagi ketiadaan modal berbisnis. 

Para pengguna internet pun merupakan pangsa pasar yang potensial bagi netpreneur. Fakta menunjukkan, besarnya populasi pengguna internet di Indonesia tercermin dari tingginya jumlah penduduk Indonesia yang juga merupakan ‘penduduk’ di media sosial. Riset socialbakers.com membuktikan, penduduk Jakarta merupakan populasi terbesar kedua di media sosial Facebook (11.658.760 user), sementara penduduk Indonesia menempati posisi kelima dalam daftar populasi terbesar Twitter (29.000.000 user).

Data tersebut membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang sangat aktif di media sosial. Kedekatan masyarakat Indonesia dengan jaringan internet menjadikan industri e-commerce sebagai ‘lahan basah’ bagi para netpreneur untuk menjalankan usaha kecil dan menengahnya.
Masalah ketiadaan modal terjawab oleh kemajuan media-media online untuk berbisnis. Pangsa pasar di bisnis online yang potensial pun jumlahnya besar. Tak ada alasan untuk menunda-nunda menjadi netpreneur. Kalau bukan sekarang, lantas kapan lagi?

No comments:

Post a Comment

Silahkan anda berbagi di sini ....???

Note: only a member of this blog may post a comment.